Selasa, 18 April 2017

KESEIMBANGAN AGREGAT SUPPLY DAN AGREGAT DEMAND

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul "KESEIMBANGAN AGREGAT SUPPLY DAN AGREGAT DEMAND", tepat pada waktunya yang membahas tentang permasalahan yang terjadi dalam ekonomi terutama dalam Agregat Supply dan Agregat Demand, yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Bandar Lampung, 24 Maret 2017

Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................      i
DAFTAR ISI ...................................................................................................     ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang ..........................................................................................      1
1.2  Rumusan Masalah......................................................................................      3
1.3  Tujuan Penulisan........................................................................................      3
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian AD dan AS.................................................................................    4
2.1.1  Pengertian Agregrat Demand (AD)...................................................    4
2.2.2  Pengertian Agregrate Supply (AS)Saran ..........................................    4
2.2  Analisis Permintaan Agregat - Penawaran Agregat (AD-AS).....................     4
2.3  Keseimbangan Permintaan Agregat – Penawaran Agregat (AD-AS)  ......      6
2.4  Perubahan Keseimbangan AD-AS dan Penyebabnya .................................     7
2.4.1     Efek Perubahan Kurva Aggregate Demand (Permintaan Agregat)....   8
2.4.2     Efek Perubahan Kurva Aggregate Supply (Penawaran Agregat........    9
2.4.3     Efek Perubahan Serantak Aggregate Demand (Permintaan Agregat) dan Aggregate Suppy (Penawaran Agregat) ........................................................................    10
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan ..................................................................................................    12
3.2  Saran ............................................................................................................    13
DAFTAR PUSTAKA 


 BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Keseimbangan struktur perekonomian merupakan faktor utama dalam mencapai sasaran pembangunan dan salah satu ciri strategi pembangunan yang harus dimiliki Indonesia yang mempunyai potensi sebagian dari sektor pertanian yaitu kebijaksanaan pembangunan yang menjaga keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri dalam bentuk agroindustri. Paparan ini sesuai dengan progam jangka panjang pembanguna ekonomi di Indonesia yaitu mewujudkan struktur ekonomi yang seimbang antara sektor industri dan pertanian.
Perekonomian Indonesia ditinjau dari sudut pandang makro bukan hanya dipengaruhi oleh perekonomian yang terjadi di dalam negeri namun juga perekonomian di negara-negara maju serta negara tujuan ekspor karena Karakteristik Perekonomian Indonesia yang termasuk dalam kriteria “Small Open Economy ” menyebabkan dinamika yang terjadi dalam perekonomian global dapat memengaruhi perekonomian domestik. Terjadinya keseimbangan pasar keuangan nasional dengan pasar keuangan internasional, sebagaimana negara-negara emerging markets lainnya, memberi tantangan tersendiri bagi keseimbangan eksternal perekonomian Indonesia. Ruang lingkup perekonomian dari ekonomi makro lebih luas cakupannya seperti tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar rupiah adalah variabel yang mempengaruhi unsur-unsur di dalam permintaan agregat yang meliputi konsumsi privat, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor. Dengan semakin membaiknya ketiga variabel tersebut, maka permintaan agregat juga akan mengalami perbaikan. Selain permintaan agregat juga terdapat penawaran agregat yaitu pasar tenaga kerja dan teknologi atau IPTEK. Agregat demand dan agregat supply memiliki masing proporsi 50 persen dalam agregat perekonomian Indonesia, sehingga penanganannya harus seimbang agar perekonomian nasional dapat berkembang seusai dengan keinginan pemerintah agar masyarakat sejahtera.
Kondisi perekonomian Indonesia di tahun 2012 diperkirakan oleh banyak pihak sebagai lebih baik daripada beberapa tahun sebelumnya. Economic outlook yang optimistik dikeluarkan oleh Pemerintah, Bank Indonesia, para ekonom, serta lembaga internasional. Optimisme itu bersumber dari pencapaian variable makroekonomi tahun 2010 yang sedikit melebihi harapan, disertai prediksi kondisi perekonomian dunia yang diyakini akan semakin membaik, setelah dua tahun sebelumnya terpengaruh oleh krisis keuangan di beberapa Negara maju. Kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2010 secara umum memang melebihi harapan target ekonomi, Data yang dikeluarkan BPS baru-baru ini memperlihatkan perkembangan perekonomian makro yang menuju perbaikan. Peningkatan pun dinilai berdukungan sumber pertumbuhan yang makin berimbang, diantaranya tercermin pada peran investasi dan ekspor yang meningkat. Semua di dukung oleh arus masuk modal asing yang besar, kondisi makroekonomi yang kondusif. Ditengah perekonomian yang membaik tersebut, pelaku ekonomi masih mengakui akan adanya beberapa tantangan utama dalam perumusan kebijakan, yaitu aliran masuk modal asing yang deras, ekses likuiditas yang tinggi, tekanan inflasi yang cenderung meningkat, efisiensi dan daya saing sektor perbankan yang masih rendah serta berbagai kendala di sektor riil.Tantangan terkait dengan aliran masuk modal asing yang deras tidak terlepas dari pemulihan ekonomi global yang terus berlanjut.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Permintaan – Penawaran Agregat (AD-AS)?                   
2.      Bagaimana Analisis Permintaan – Penawaran Agregat (AD-AS)?
3.      Bagaimana Kurva Permintaan Agregat (AD)?       
4.      Bagaimana Kurva Penawaran Agregat (AS)?
5.      Bagaimana Keseimbangan Permintaan – Penawaran Agregat (AD-AS)?              
1.3    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian Permintaan – Penawaran Agregat (AD-AS).
2.      Untuk menjelaskan bagaimana analisis Permintaan – Penawaran Agregat (AD-AS).
3.       Untuk menjelaskan bagaimana kurva Permintaan Agregat (AD).
4.      Untuk menjelaskan bagaimana kurva Penawaran Agregat (AS).
5.      Untuk menjelaskan bagaimana keseimbangan Permintaan – Penawaran Agregat (AD-AS).



BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Pengertian Agregrat Demand (AD) dan Agregrate Supply (AS) [1]
2.1.1    Pengertian Agregrat Demand (AD)
Istilah Aggregate Demand (Permintaan Agregat) didefinisikan sebagai tingkat pengeluaran yang akan dilakukan dalam ekonomi pada berbagai tingkat harga. Dengan demikian arti “permintaan agregat” adalah sangat berbeda dengan “pengeluaran agregat” karena dalam pengertian pengeluaran agregat berbeda dengan pengertian permintaan agregat yakni pengeluaran agregat menggambarkan tentang hubungan antara pengeluaran yang akan dilakukan dalam perekonomian dengan pendapatan nasional, dalam hubungan tersebut dimisalkan dengan harga-harga tidak mengalami perubahan. Dengan demikian kedua konsep tersebut mempunyai arti yang sangat berbeda.
2.1.2    Pengertian Agregrate Supply (AS)
Istilah Penawaran Agregat (Aggregate Supply) didefinisikan sebagai jumlah barang dan jasa yang ditawarkan dalam suatu Negara pada suatu tahun tertentu. Penawaran Agregat meliputi pendapatan nasional-atau barang dan jasa yang dikeluarkan didalam negeri, ditambah dengan barang dan jasa yang diimpor.
2.2        Analisis Permintaan Agregat – Penawaran Agregat (AD-AS)
Dari sifat-sifat Aggregate Demand (Permintaan Agregat) dan Aggregate Suppy (Penawaran Agregat) diatas dapatlah disimpulkan bahwa analisis AD-AS merupakan analisis keseimbangan ekonomi negara dalan keadaan harga yang mengalami perubahan. Analisis tersebut bertujuan untuk melemelengkapi analisis penawaran agregat-pengeluaran agregat (Y = AE).[2]
Analisis AD-AS merupakan model penentuan keseimbangan dengan menggunakan pemisahan harga berubah. Dalam analisis AD-AS, Penawaran Agregat dibedakan atas :
a.       Penawaran Agregat Jangka Pendek ( Short Run Aggregate Supply) atau SRAS.
Kurva SRAS adalah kurva yang terus menerus melengkung ke atas dan memotong garis tegak pada Yf , kurva AS semakin tinggi tingkat kenaikannya. Berbentuk horizontal, karena upah dan harga kaku pada tingkat yang sudah  ditentukan sebelumnya. Karena itu, pergeseran dalam permintaan agregat mempengaruhi output dan kesempatan kerja.
b.      Penawaran Agregat Jangka Panjang ( Long Run Aggregate Supply) atau LRAS.
Dalam jangka panjang, kurva penawaran agregat berwujud vertical karena output di tentukan oleh jumlah modal dan tenaga kerja serta ketersediaan teknologi, tetapi tidak oleh tingkat harga. Karena itu, pergeseran permintaan agregat mempengaruhi tingkat harga tetapi tidak output atau kesempatan kerja.

Gambar 1. Bentuk Kurva Penawaran Agregat SRAS dan LRAS[3]
2.3   Keseimbangan Permintaan-Penawaran Agregat (AD-AS)[4]
Kurva permintaan agregat AD menggambarkan hubungan di antara tingkat harga dengan barang dan jasa yang akan dibeli (dalam nilai riil) dalam perekonomian.[5]
Kurva penawaran agregat AS menggambarkan hubungan di antara tingkat harga dan nilai riil jumlah barang dan jasa yang ditawarkan dalam perekonomian.[6]
Dari gambar Keseimbangan Makroekonomi (Kesemimbangan AD-AS) diatas dapat dilihat bahwa kurva AD dan AS berpotongan di titik E, yang berarti permintaan agregat adalah sama dengan penawaran agregat pada pendapatan nasional riil sebanyak YE dan tingkat harga pada Pe. Titik E menggambarkan keseimbangan yang akan dicapai dalam perekonomian oleh karena perusahaan-perusahaan tidak akan menambah atau mengurangi output yang diproduksikan dan ekonomi dan kegiatan ekonomi telah mencapai keadaan yang stabil. Dalam keadaan ini keseimbangan makroekonomi telah tercapai.
Untuk membuktikan bahwa titik E adalah titik keseimbangan yang akan menentukan tingkat harga, pendapatan nasional riil dan kesempatan kerja, perlu diperhatikan keadaan yang akan berlaku apabila tingkat harga lebih tinggi atau lebih rendah daripada Pe.
Apabila tingkat harga adalah P0, penawaran agregat adalah Y1 sedangkan permintaan agregat adalah Y3. Berarti terdapat kelebihan penawaran sebanyak AB. Kelebihan penawaran agregat ini menimbulkan keadaan deflasi (penurunan harga) dan tingkat harga merosot sehingga kelebihan penawaran tidak wujud lagi yaitu di Pe. Sebaliknya, apabila tingkat harga P1 akan berlaku kelebihan permintaan yaitu sebanyak CD. Pada P1 permintaan agregat Y2 sedangkan penawaran agregat hanya sebanyak Y. kelebihan permintaan ini menyebabkan harga naik sehingga tingkat harga mencapai Pe, yaitu ketika kelebihan permintaan tidak wujud lagi.

Gambar 2. Keseimbangan Makroekonomi (Keseimbangan AD-AS)
Pada ketika kelebihan penawaran berlaku, stok barang dalam perusahaan (inventaris) berlebihan dan ini akan mendorong kepada pengurangan kegiatan ekonomi. Pada keadaan sebaliknya, yaitu apabila kelebihan permintaan berlaku, perusahaan-perusahaan akan menambah produksinya dan kegiatan ekonomi berkembang. Hanya pada ketika permintaan agregat sama dengan penawaran agregat tingkat kegiatan ekonomi tidak mengalami perubahan dan keseimbangan makroekonomi tercapai.

2.4           Perubahan Keseimbangan AD-AS dan Penyebabnya.
Keseimbangan permintaan agregat-penawaran agregat akan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan dalam keadaan perekonomian. Perubahan yang akan berlaku dapat dibedakan kepada tiga bentuk, yaitu :


2.4.1  Efek Perubahan Kurva Aggregate Demand (Permintaan Agregat)

Efek perubahan kurva AD ditunjukan oleh gambar berikut :
Keseimbangan yang asal adalah di E0 dan berarti pada mulanya tingkat harga P0 dan pendapatan nasional riil adalah Y0. Kemerosotan pengeluaran dalam perekonomian (yang disebabkan oleh pengurangan C, I, G atau X) akan memindahkan AD0 menjadi AD1 akan memindahkan keseimbangan ke E1 yang menggambarkan tingkat harga telah merosot menjadi P1 dan pendapatan nasional riil berkurang menjadi Y1. Keadaan ini berarti : output nasional berkurang, deflasi berlaku, kesempatan kerja merosot dan pengangguran bertambah.
Apakah faktor yang menimbulkan perubahan dalam permintaan agregat? Menutut pendapat ahli-ahli ekonomi Klasik, Permintaan Uang ditentukan oleh dua faktor : penawaran uang dan kelajuan peredaran uang. Dalam keadaan di mana kelajuan peredaran uang adalah tetap atau stabil, faktor utama yang akan menimbulkan perubahan dalam permintaan agregat adalah perubahan dalam penawaran uang. Pemerintah mempunyai peranan yang penting sekali dalam menentukan penawaran uang dan perubahan-perubahannya.[7]
Daripada analisis di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa Perubahan dalam permintaan agregat yang tidak diikuti oleh perubahan penawaran agregat akan menimbulkan perubahan harga dan pendapatan nasional riil ke arah yang bersamaan, yaitu : kedua-duanya meningkat atau kedua-duanya merosot.




Gambar 3. Efek Perubahan Kurva AD atau Kurva AS


2.4.2 Efek Perubahan Kurva Aggregate Supply (Penawaran Agregat)
Gambar diatas menunjukan perubahan keseimbangan dalam kegiatan perekonomian efek dari perubahan AS. Keseimbangan asal adalah di E0 dan keseimbangan ini menggambarkan pendapatan nasional riil Y0 dan tingkat harga P0. Seterusnya misalkan harga barang impor dan bahan mentah meningkat. Efek dari perubahan ini kurva AS0 akan bergeser ke AS2 dan keseimbangan baru dicapai di E2. Berarti, pendapatan nasional riil merosot menjadi Y2 dan tingkat harga meningkat menjadi P2. Perubahan ini menggambarkan bahwa kenaikan harga berlaku tetapi pendapatan nasional riil merosot dan menyebabkan pengangguran meningkat. Keadaan seperti ini dinamakan stagflasi yaitu kemunduran dalam kegiatan ekonomi yang diikuti oleh masalah inflasi.
Telah diterangkan bahwa kemajuan teknologi, perbaikan dalam infrastruktur dan langkah-langkah pemerintah dalam bidang perpajakan, pemberian izin usaha dan sikap administrasi pemerintah yang berusaha membantu kegiatan swasta dapat menimbulkan efek yang menggalakkan ke atas biaya produksi dan akan memindahkan kurva AS ke bawah / kanan misalnya dari AS0 menjadi AS1. Peningkatan yang menyeluruh dari efisiensi perusahaan-perusahaan misalnya sebagai akibat kualitas tenaga kerja yang bertambah baik, juga dapat menimbulkan efek yang seperti itu. Perubahan tersebut memindahkan keseimbangan ke E1 yang menggambarkan tingkat harga turun menjadi P1 dan pendapatan nasional riil bertambah menjadi  Y1. Keadaan ini berarti pula bahwa kesempatan kerja bertambah dan pengangguran menurun.
Kesimpulannya bahwa analisis mengenai perubahan kurva penawaran agregat AS menunjukan bahwa perubahan tersebut akan mengakibatkan perubahan harga dan pendapatan nasional riil ke arah yang bertentangan. Sebagai contoh, pergeseran AS ke atas menyebabkan tingkat harga naik dan pendapatan nasional riil turun.
2.4.3 Efek Perubahan Serantak Aggregate Demand (Permintaan  Agregat) dan Aggregate Suppy (Penawaran Agregat)
Gambaran yang lebih realistic mengenai keadaan yang berlaku dalam perekonomian adakalanya meliputi perubahan dalam kedua kurva yaitu AD dan AS, secara berurutan. Dua contoh digambarkan dalam Gambar 3. Gambar (d) menunjukkan perubahan kurva AS yang diikuti oleh pergeseran kurva AD kekiri, dan gambar (e) menunjukkan perubahan kurva AS yang diikuti oleh pergeseran kurva AD ke kanan.
Terlebih dahulu perhatikan gambar (d). Keseimbangan asal di E0 (berarti harga P0 dan pendapatan nasional riil adalah Y0). Kenaikan harga minyak dan berbagai bahan mentah impor akan mengalihkan kurva AS menjadi AS1. Efek awal dari perubahan ini adalah harga naik menjadi P1 dan pendapatan nasional riil menjadi Y1. Perubahan ini akan mengurangi tingkat kesempatan kerja serta pendapatan riil rumah tangga. Perubahan ini selanjutnya akan mengurangi permintaan agregat, misalnya dari AD menjadi AD1. Maka pada akhirnya keseimbangan yang baru adalah di E2. Pada keseimbangan ini tingkat harga adalah P2 dan pendapatan nasional riil adalah Y2.
Seterusnya perhatikan pula gambar (e). Misalkan pemerintah melakukan langkah-langkah untuk memperbaiki infrastruktur, menurunkan berbagai pajak yang harus dibayar perusahaan-perusahaan dan melakukan berbagai tindakan yang menggalakan perkembangan kegiatan swasta. Tindakan seperti ini mengalihkan kurva AS kebawah/kekanan, misalnya dari AS menjadi AS1. Efek dari perubahan ini keseimbangan berubah dari E0 menjadi E1. Berarti, tingkat harga turun dari P0 menjadi P1 dan pendapatan nasional riil meningkat dari Y0 menjadi Y1. Peningkatan pendapatan nasional akan menambahkan kesempatan kerja. Selanjutnya pertambahan kesempatan kerja akan meningkatkan permintaan agregat, misalnya dari AD menjadi AD1. Keseimbangan makroekonomi yang baru dicapai di E2 yang menggambarkan tingkat harga telah menjadi P2 dan pendapatan nasional riil adalah Y2.
Gambar 4. Efek Perubahan Kurva AD atau Kurva AS
BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan 
Kurva permintaan agregat AD dibentuk oleh keseimbangan Y = AE yang berlaku pada tingkat harga yang berbeda. Dalam perekonomian pengeluaran agregat meliputi AE = C + I + G+ (X – M). Dengan demikian kurva AD dibentuk oleh nilai AE pada berbagai tingkat harga. Kurva AD menurun ke bawah, dari sisi kiri ke arah kanan, dan berarti semakin rendah harga semakin besar permintaan agregat. Sifat yang demikian disebabkan oleh faktor-faktor berikut : (1) pendapatan riil dan konsumsi rumah tangga meningkat apabila harga turun, (2) semakin stabil harga-harga, semakin rendah suku bunga dan menyebabkan investasi meningkat, dan (3) harga yang semakin rendah akan menambah ekspor dan mengurangi impor perubahan-perubahan dalam komponen pengeluaran agregat, yaitu C,I,G,X dan M akan menggeser kurva AD. Kurva AD akan bergeser ke kanan apabila C, I, G, dan X (masing-masing atau gabungannya) bertambah, dan akan bergeser ke kiri apabila M bertambah. Kenaikan S dan T juga akan menggeser AD ke kiri.
Dalam analisis AD-AS, kurva penawaran agregat AS berbentuk melengkung ke atas dari kiri ke kanan. Kurva AS seperti ini berbeda dengan yang selalu digambarkan berdasarkan teori klasik (yaitu tegak lurus pada pendapatan nasional yang dicapai pada kesempatan kerja penuh) dan yang digambarkan berdasarkan teori keynes (yaitu berbentuk huruf L yang dibalikkan arahnya) bentuk kurva AS yang melengkung ke atas tersebut didasarkan kepada dua teori dalam analisis teori mikro ekonomi (yaitu teori biaya produksi dan teori pasaran tenaga kerja) dan hasil dari studi empirikal.
Keseimbangan pendapatan nasional, yang dalam analisis AD-AS dinamakan juga sebagai keseimbangan makroekonomi, dicapai apabila kurva AD berpotongan dengan kurva AS. Keseimbangan ini akan menentukan tingkat harga yang berlaku dalam perekonomian dan pendapatan nasional riil yang akan diwujudkan. Keseimbangan ini akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Secara analisis, perubahan keseimbangan itu dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu: perubahan AD saja, perusahaan AS saja, dan perubahan serentak atau secara berturutan dalam AD dan AS.

3.2  Saran 
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini banyak kelemahan dan kekurangan, sehingga diharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan pemahaman yang penulis dapatkan dalam pembuatan tugas-tugas lain.





DAFTAR PUSTAKA

Sukirno, Sadono., MAKROEKONOMI, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2016
Sukirno, Sadono., Makroekonomi modern, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012
Ir. Adiwarman A. Karim, S.E., M.B.A., M.A.E.P, Ekonomi Makro Islami, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2014
http://nanangwest.blogspot.co.id/2013/01/ad-as.html, diakses pada 17 Maret 2017 pukul 16.20



[1]  Sukirno, Sadono., MAKROEKONOMI, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2016 hlm 227
[2]  Ibid, hlm 228
[3]  Ibid, hlm 235
[4]  Ibid, hlm 251
[5] Sukirno, Sadono., Makroekonomi modern, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012 hlm 81
[6]  Ibid. hlm 82
[7] Ibid, hlm 248



Minggu, 25 Desember 2016

MAXIMASI LABA BAGI PERUSAHAAN OLIGOPOLI

BAB I
PENDAHULUAN



1.1    Latar Belakang

Perusahaan merupakan perhimpunan individu yang mengoordinasikan diri mereka sendiri untuk  mengubah masukan menjadi keluaran. Individu yang berbeda akan menyediakan jenis masukan yang berbeda, seperti keterampilan dan berbagai peralatan modal, dengan harapan dapat memperoleh imbalan dari melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, perusahaan diasumsikan memiliki tujuan utama yaitu memaksimumkan labanya. Perusahaan yang memaksimumkan laba adalah perusahaan yang memilih baik masukan maupun keluaran dengan tujuan tunggal untuk mencapai laba ekonomi maksimum, yaitu perusahaan menjadikan selisih antara pendapatan total dan biaya ekonomi total sebesar mungkin (Nicholson 1995). Agar tujuan suatu perusahaan tercapai, perusahaan tersebut harus mampu bersaing dengan perusahaan lain dalam suatu pasar. 
Masalah keputusan  setiap perusahaan dalam memaksimumkan laba adalah menentukan berapa jumlah barang yang tepat yang harus diproduksi sehingga laba ekonomi yang diperoleh optimum. Secara empiris, strategi yang digunakan perusahaan dalam menentukan jumlah barang yang diproduksi agar dapat bersaing di pasar perlu diperhitungkan karena memiliki kemungkinan untuk memengaruhi harga dan ekuilibrium pasar. Prinsip ekonomi mikro dalam area manajemen telah banyak memberi tuntunan dalam penentuan harga agar keuntungan maksimum (Misanam 2007).
Secara harfiah oligopoli berarti ada beberapa penjual dipasar. Pasar Oligopoli pada prinsipnya sama dengan pasar Duopoli, tetapi jumlah pengusaha atau penjual lebih dari dua orang, sehingga tindakan pengusaha yang satu akan mempengaruhi kebijaksanaan pengusaha yang lain[1]. Dalam pasar oligopoli di mana ada sedikit yang menjual barang yang sama, maka aksi penjual harus memerhatikan reaksi penjual lain[2].
Akibatnya, tindakan yang dilakukan oleh satu penjual dipasar ini dapat memberikan dampak yang besar pada keuntungan semua penjual lainnya. Dengan kata lain, perusahaan-perusahaan oligopolistik menjalin hubungan kesalingbergantungan, yang tidak terjadi antara perusahaan-perusahaan di pasar kompetitif.[3]

1.2    Rumusan Masalah

1.      Apa syarat pemaksimuman keuntungan?
2.      Bagaimana menentukan keuntungan maksimum? 
3.      Bagaimana keseimbangan oligopoli?
4.      Bagaimana memaksimumkan penjualan pasar persaingan oligopoli?
5.      Bagaimana kurva menentukan keuntungan pasar oligopoli?

1.3    Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetahui syarat pemaksimuman keuntungan.
2.      Untuk menjelaskan bagaimana menentukan keuntungan maksimum.
3.      Untuk menjelaskan bagaimana keseimbangan oligopoli.
4.      Untuk menjelaskan bagaimana memaksimumkan penjualan pasar persaingan oligopoli.
5.      Untuk menjelaskan bagaimana kurva menentukan keuntungan pasar oligopoli,





BAB II
PEMBAHASAN


2.1    Maksimisasi Laba

Bisnis atau perusahaan melakukan kegiatan operasional bertujuan untuk memaksimalkan laba dan dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannnya. Setiap perusahaan berusaha untuk meraih keuntungan atau memperoleh laba semaksimal mungkin.
Hal ini dikarenakan laba yang diperoleh digunakan sebagai modal dalam operasional perusahaan selanjutnya. Laba berkaitan dengan empat faktor yaitu demand (kebutuhan), potensial profitmarket (pasar), dan revenue (pendapatan).
Keempat faktor ini menunjang terjadinya opportunities (kesempatan). Maksimisasi laba berarti menekankan pada pemanfaatan barang modal secara efisien. Maksimisasi laba yang perlu diperhatikan adalah:
Ø  Laba Jangka Pendek atau Laba Jangka Panjang
Ø  Jumlah Laba atau Tingkat Laba
Maksimasi merupakan hubungan antara produk-produk. Dalam melakukan kegiatannya perusahaan menghasilkan banyak produk yang dikenal dengan diversifikasi produk[4]. Laba adalah selisih antara penerimaan total (TR) dan biaya total (TC). Penerimaan total adalah jumlah yang diterima dari penjualan produk (PxQ). Biaya total adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC).
Ada beberapa jenis perusahaan yang lebih mengambil laba dengan menekan penjualannya (hasil produksinya), ada pula yang memasukan unsur politik di dalam penentuan tingkat produksi yang akan dicapai. Jadi, setiap perusahaan memiliki kriteria tersendiri dalam memaksimumkan laba yang akan diperolehnya.
Tetapi tidak disangkal lagi setiap perusahaan memilki target dalam pencapaian keuntungan, dan tidak munafik bagi perusahaan bahkan berupaya memiliki target menaikan laba setinggi-tingginya.

2.1.1 Syarat pemaksimuman keuntungan

Di dalam jangka pendek, pemaksimuman untung oleh sutau perusahaan dapat diterangkan dengan dua cara berikut :
1.      Membandingkan hasil penjualan total dengan biaya total. Maka, dengan cara pertama ini keuntungan yang maksimum akan dicapai apabila perbedaan nilai antara hasil penjualan total.
2.      Menunjukkan keadaan di mana hasil penjualan marjinal sama dengan biaya marjinal. Pemaksimuman keuntungan dicapai pada tingkat produksi di mana hasil penjualan marjinal (MR) sama dengan biaya marjinal (MC) atau MR=MC.
Ketika perusahaan-perusahaan dipasar oligopoli masing-masingnya memilih produksi untuk memaksimalkan laba, perusahaan-perusahaan tersebut memproduksi kuantitas hasil lebih besar daripada level yang diproduksi pasar monopoli dan lebih kecil daripada level yang diproduksi oleh pasar kompetitif. Harga oligopoli lebih kecil daripada harga monopoli, tetapi lebih besar daripada harga kompetitif (yang sama dengan biaya marginal)[5].

2.1.2 Menentukan keuntungan maksimum

Untuk menetukan tingkat produksi yang memaksimumkan keuntungan terdapat dua cara yaitu:
1.      Hasil Penjualan Total, Biaya Total dan Keuntungan
Untuk menentukan keadaan tersebut yang perlu dilakukan adalah membandingkan hasil penjualan total dan biaya total pada setiap tingkat produksi dan menentukan tingkat produksi di mana hasil penjualan total melebihi biaya total pada jumlah yang paling maksimum. Keuntungan yang diperoleh dihitung dengan formula sebagai berikut keuntungan = hasil penjualan total – biaya produksi total.
2.      Hasil Penjualan Marjinal, Biaya Marjinal dan Keuntungan
Dihitung berdasarkan formula berikut tambahan untung = tambahan penjualan total – tambahan biaya. Tingkat produksi  MC =MR.

2.2        Keseimbangan dan Maximasi Laba Bagi Perusahaan Oligopoli

2.2.1 Keseimbangan Oligopoli

Perusahaan yang bergerak dalam pasar oligopoli disebut oligopolis (oligopolist). Sebagai produsen, keseimbangan terjadi bila laba maksimum tercapai. Analisis keseimbangan oligopoli tidak menekankan dimensi waktu, melainkan kompetisi. Perusahaan seimbang atau tidak bukan saja dilihat dari kemampuan mengatur output dan harga, tetapi juga kemampuan memprediksi prilaku pesaing. Karena itu oligopolies akan mencapai keseimbangan jika perusahaan dapat melakukan apa yang dapay dilakukan dan tidak mempunyai alasan lagi untuk mengubah jumlah output dan harga. Demikian juga dengan para pesaing. Begitu kompleksnya situasi dalam pasar oligopoli, sehingga para ekonomi mengembangkan beberapa model untuk menganalisi perilaku oligopolis. Sayangnya, tidak ada satupun model yang dapat diterima secara umum sebagai model terbaik.
Sekarang pertimbangkanlah bagaimana jumlah perusahaan-perusahaan di industri ini memengaruhi analisis marginal setiap perusahaan oligopoli. Semakin banyak jumlah penjual, semakin kecil kesadaran setiap penjual akan dampaknya bagi harga pasar. Dengan kata lain, semakin besarnya ukuran pasar oligopoli, besarnya dampak harga akan jatuh. Ketika hanya meninggalkan dampak hasil. Setiap perusahaan dalam pasar oligopoli meningkatkan produksinya selama harga berada di atas biaya marginal. Seiring dengan berkembangnya jumlah penjual dalam pasar oligopoli, semakin cenderung pula pasar tersebut menjadi pasar kompetitif. Harga akan mendekati biaya marginal dan kuantitas yang diproduksi akan mendekati level yang cukup bagi masyarakat[6].

2.2.2 Memaksimumkan Penjualan Pasar Persaingan Oligopoli

Penjualan sering menambah biaya produksi dengan suatu aturan yang sederhana, yaitu meningkatkan mempertahan kan pangsa pasar. Pegangan ini dapat membantu perusahaan oligopoli dalam menetapkan volume penjualan, dengan mengabaikan interdependensi dan reaksi pesaing. Perusahaan hanya melihat peranan skala ekonomi, pertumbuhan, pangsa pasar dan sebagainya.
Aturan-aturan seperti ini dapat meningkatkan output penjualan di mana keuntungan perusahaan maksimum. Memaksimumkan penjualan dapat menurunkan harga penjualan tetapi menaikkan volume output yang dijual lebih.
Tetapi sekali lagi, hasilnya mungkin agak konvensional. Memaksimumkan penjualan dapat menjadi konsisten dengan maksimisasi keuntungan jangka panjang. Inilah yang diharapkan manajer-manajer pada akhir orientasi pertumbuhan perusahaan mereka.
Untuk Meningkatkan penjualan dapat mempengaruhi harga dan kuantitas yaitu :
a.    Pengaruh Output : Karena harga yang ditetapkan lebih tinggi daripada biaya marjinal, maka penjualan lebih banyak akan memperbesar laba.
b.   Pengaruh Harga : Peningkatan produksi akan memperbesar total penjualan, cenderung menurunkan harga dan pada akhirnya akan menurunkan laba.
Maksimasi keuntungan oligopoli dalam menjalankan sistem kerjanya dalam menjalankan kerjanya pasar oligopoli memperoleh maksimasi keuntungan. Perolehan maksimasi keuntungan tersebut diperoleh dari :
a.    Pada tingkat output dan harga dimana dipenuhi kondisi MC = MR
b.   Karena ada saat-saat MR bergerak vertikal maka harga bersifat tetap (rigid) dan cenderung berada pada harga yang ditetapkan pada permulaannya.

2.2.3  Kurva Menentukan Keuntungan Pasar Oligopoli

 

Dalam pasar oligopoly bersaing dalam hal jumlah perusahaan dan perilaku perusahaan tersebut. Adapun kurva dalam menentukan keuntungan pasar oligopoly yaitu :

Kurva laba maksimum dalam pasar oligopoli
Kurva laba maksimum dalam pasar oligopoli
Keterangan:
Misalnya pada mulanya biaya marginal adalah MC0. Untuk memaksimumkan keuntungan MC0 harus sama dengan MR, maka berdasarkan keadaan dalam Gambar 3 keuntungan maksimum dicapai apabila harga adalah Pdan jumlah produksi adalah Q0. Sekiranya terjadi perubahan ke aras biaya produksi, misalkan biaya produksi mengalami kenaikan sehingga menyebabkan kurva biaya marginalnya menjadi seperti yang ditunjukkan oleh MC2. Dari keadaan Gambar 3 dapat dilihat bahwa keuntungan yang maksimum masih akan tetap dicapai oleh perusahaan itu pada ketika harga adalah P0 dan jumlah barang yang diproduksikan adalah Q0. Hanya setelah kurva biaya marginalnya berada diatas MC2keseimbangan untuk memaksimumkan keuntungan akan mengalami perubahan. Dari keadaan dalam Gambar 3 dapat disimpulkan pula bahwa selama perubahan biaya produksi tidak menyebabkan kurva biaya marginal berada di atas MC2 atau di bawah MC1, keseimbangan pemaksimuman keuntungan yang dinyatakan di atas tidak akan mengalami perubahan. Dengan demikian, selama kurva biaya marginal memotong MR diantara titik A1 dan A2 harga dan jumlah produksi perusahaan tidak akan mengalami perubahan.

Berdasarkan kepada analisis di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pasar oligopoli di mana perusahaan-perusahaan tidak melakukan persepakatan di antara mereka, tingkat harga adalah bersifat rigid, yaitu bersifat sukar mengalami perubahan. Ia cenderung untuk tetap berada pada tingkat harga yang telah ditetapkan pada permulaannya.


BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan 
Maksimasi keuntungan oligopoli dalam menjalankan sistem kerjanya dalam menjalankan kerjanya pasar oligopoli memperoleh maksimasi keuntungan. Perolehan maksimasi keuntungan tersebut diperoleh dari :
a.    Pada tingkat output dan harga dimana dipenuhi kondisi MC = MR
b.   Karena ada saat-saat MR bergerak vertikal maka harga bersifat tetap (rigid) dan cenderung berada pada harga yang ditetapkan pada permulaannya.

Dalam pasar oligopoli bersaing dalam hal jumlah perusahaan dan perilaku perusahaan tersebut. Adapun kurva dalam menentukan keuntungan pasar oligopoly yaitu :

Kurva laba maksimum dalam pasar oligopoli
Kurva laba maksimum dalam pasar oligopoli
Pasar oligopoli di mana perusahaan-perusahaan tidak melakukan persepakatan di antara mereka, tingkat harga adalah bersifat rigid, yaitu bersifat sukar mengalami perubahan. Ia cenderung untuk tetap berada pada tingkat harga yang telah ditetapkan pada permulaannya.










[1] Mikro, Tim, Ekonomi., Panduan Praktikum Ekonomi Mikro, Lampung: Program Studi Agribisnis Universitas Lampung, 2013, hlm 61
[2] Karim, Adiwarman A., Ekonomi Mikro Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014, Edisi Kelima, hlm 202.
[3] N. Grerory Mankiw, Euston Quah, Peter Wilson., Pengantar Ekonomi Mikro, Jakarta: Salemba Empat, 2012, Edisi Asia, hlm 346.
[4] Mikro, Tim, Ekonomi., Panduan Praktikum Ekonomi Mikro, Lampung: Program Studi Agribisnis Universitas Lampung, 2013, hlm 34
[5] N. Grerory Mankiw, Euston Quah, Peter Wilson., Pengantar Ekonomi Mikro, Jakarta: Salemba Empat, 2012, Edisi Asia, hlm 352
[6] N. Grerory Mankiw, Euston Quah, Peter Wilson., Pengantar Ekonomi Mikro, Jakarta: Salemba Empat, 2012, Edisi Asia, hlm 353